Pusat Data Meningkat: Eksplorasi Minyak Lebih Banyak dan Mendorong Permintaan Energi Terbarukan

22

Lanskap energi global sedang mengalami perubahan dramatis. Laporan baru dari Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa investasi pada pusat data kini melebihi pengeluaran untuk menemukan cadangan minyak baru. Tahun ini, dana sebesar $580 miliar akan dikucurkan untuk pembangunan pusat data—$40 miliar lebih besar dari jumlah yang dialokasikan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber minyak baru.

Perbandingan yang mencolok ini menyoroti kekuatan transformatif digitalisasi. Dunia kita yang semakin saling terhubung sangat bergantung pada jaringan server yang luas yang terus-menerus mengolah data, mendukung segala hal mulai dari layanan online hingga kecerdasan buatan. Kebutuhan akan daya komputasi yang tidak terpuaskan ini secara langsung memicu lonjakan investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pusat data.

IEA memperkirakan konsumsi listrik oleh pusat data yang digerakkan oleh AI saja akan melonjak lima kali lipat pada tahun 2030. Angka ini mewakili dua kali lipat total energi yang saat ini digunakan oleh semua pusat data secara global. Meskipun pusat data konvensional juga diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan energi, pertumbuhannya tidak akan mencapai tingkat yang sama besarnya.

Amerika Serikat kini menjadi pusat ledakan infrastruktur digital, yang menyumbang sekitar setengah dari proyeksi peningkatan permintaan global. Eropa dan Tiongkok mengikuti jejak mereka, sehingga semakin memperkuat posisi mereka dalam lanskap teknologi global.

Berkelompok di Sekitar Pusat Perkotaan

Menariknya, sebagian besar pusat data baru bermunculan di wilayah metropolitan besar dengan populasi melebihi 1 juta. IEA mencatat bahwa sebagian besar – lebih dari setengah – dari fasilitas yang direncanakan memiliki kapasitas setidaknya 200 megawatt. Selain itu, mereka sering kali berkumpul di dekat pusat data yang ada, sehingga menciptakan pusat kekuatan komputasi yang sangat besar.

Perkembangan yang pesat dan terkonsentrasi ini menimbulkan beberapa tantangan:

  • Kelebihan Beban Jaringan: Besarnya volume daya yang dibutuhkan oleh pusat data berukuran besar ini membebani jaringan listrik di banyak wilayah. Antrean sambungan untuk fasilitas baru semakin memanjang secara drastis, sehingga perusahaan harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa online.
  • Di tempat-tempat seperti Virginia Utara, pusat utama bagi raksasa teknologi, permintaan sambungan jaringan listrik bisa tertunda hingga satu dekade. Dublin di Eropa telah sepenuhnya menghentikan aplikasi interkoneksi baru hingga tahun 2028 karena infrastruktur yang kewalahan.

  • Kemacetan Rantai Pasokan: Rantai pasokan global sedang berjuang untuk mengimbangi lonjakan permintaan akan komponen-komponen penting yang diperlukan untuk meningkatkan dan memperluas jaringan listrik. Kabel, mineral tanah jarang yang penting untuk trafo, turbin gas, dan trafo itu sendiri menghadapi penundaan produksi, yang semakin memperburuk keterbatasan jaringan listrik.

Solusi Teknologi di Cakrawala

Upaya-upaya sedang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang semakin meningkat ini. Perusahaan rintisan seperti Amperesand dan Heron Power memelopori transformator solid-state—yang berpotensi menjadi pengubah permainan dalam manajemen jaringan listrik. Transformator canggih ini menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan teknologi tradisional:
* Integrasi Energi Terbarukan: Mereka dapat dengan mudah mengintegrasikan sumber energi terbarukan ke dalam jaringan listrik dengan lebih efisien.

  • Respon Cepat: Transformator solid-state bereaksi dengan cepat terhadap fluktuasi jaringan listrik, sehingga meningkatkan stabilitas dan keandalan.

  • Konversi Serbaguna: Mereka menangani konversi tegangan yang lebih luas, sehingga sangat mudah beradaptasi dengan beragam kebutuhan jaringan.

Meskipun menjanjikan, adopsi trafo mutakhir ini secara luas masih memerlukan waktu beberapa tahun lagi. Peningkatan produksi skala besar akan membutuhkan waktu sebelum menjadi solusi utama.

Koneksi Energi Terbarukan

Meskipun tantangan infrastruktur masih ada, IEA mengantisipasi bahwa sumber energi terbarukan akan menggerakkan sebagian besar listrik baru di pusat data pada tahun 2035. Peralihan ke energi yang lebih ramah lingkungan ini sudah diantisipasi terlepas dari apakah negara-negara tersebut mengintensifkan tindakan iklim mereka atau tetap berpegang pada kebijakan saat ini. Tenaga surya, yang mengalami pengurangan biaya secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembang pusat data.

Selama dekade berikutnya, sekitar 400 terawatt-jam listrik untuk pusat data akan berasal dari energi terbarukan, dibandingkan dengan sekitar 220 terawatt-jam yang dipasok oleh gas alam. Jika pembangkit listrik tenaga nuklir modular kecil mampu mewujudkan potensinya, pembangkit listrik tersebut dapat menyumbangkan tambahan 190 terawatt-jam pada bauran energi pusat data.

Evolusi pesat dalam industri pusat data ini menyoroti perubahan mendasar dalam prioritas global. Hal ini bukan hanya tentang pengolahan informasi—ini tentang membangun infrastruktur untuk masa depan yang didorong secara digital yang menuntut daya komputasi yang sangat besar dan sumber energi yang semakin berkelanjutan.