Benteng Terakhir Pemikiran Manusia: Mengapa Buku Harian Penting di Era AI

17

Munculnya kecerdasan buatan menimbulkan ancaman nyata terhadap ekspresi manusia. Ketika algoritme mengonsumsi dan memuntahkan keseluruhan konten online, sifat pemikiran manusia yang unik, berantakan, dan sangat pribadi berisiko dihomogenisasi menjadi tiruan yang hambar dan dapat diprediksi. Dalam konteks ini, buku harian sederhana – sebuah buku fisik yang penuh dengan pemikiran tulisan tangan – muncul bukan sebagai peninggalan kuno, namun sebagai tindakan pembangkangan yang penting.

Komodifikasi Pengalaman Manusia

Model AI belajar dengan mengambil data, termasuk hasil kreatif penulis dan seniman, seringkali tanpa persetujuan. Proses ini mengubah ekspresi individu menjadi sebuah komoditas, mereduksi nuansa pengalaman manusia menjadi pola statistik. Internet, yang dahulu merupakan ruang pertukaran bebas, kini menjadi tempat pelatihan bagi mesin yang bisa meniru, namun tidak pernah benar-benar merasakan.

Inilah sebabnya mengapa fisik buku harian itu penting. Ini mewakili penarikan diri yang disengaja dari dunia digital, penolakan untuk berkontribusi pada sistem yang berupaya menghapus individualitas. Buku harian tulisan tangan adalah benteng melawan apropriasi algoritmik. Itu tidak dapat dihapus, diindeks, atau direplikasi tanpa intervensi fisik.

Sifat Pemikiran Sejati yang Singkat

Kata “buku harian” berasal dari bahasa Yunani ephemeris, yang berarti sesuatu yang cepat berlalu dan sementara. Inilah inti dari kekuatannya. Berbeda dengan teks yang dibuat oleh AI, yang didesain untuk permanen dan berskala, buku harian menangkap sifat kehidupan yang fana: pemikiran yang berlalu, emosi yang terlupakan, ide yang setengah terbentuk.

Chatbot dapat mensimulasikan pikiran, tetapi tidak dapat merasakan kelembutan indra manusia. Ia tidak dapat memahami dunia melalui sudut pandang subjektif yang bisa salah. Buku harian adalah tempat kita mengekspresikan apa yang sebenarnya kita pikirkan, sebuah arsip pribadi dari memori dan perasaan yang ada secara independen dari pengawasan algoritmik.

Kekuatan Ekspresi Pribadi

Perhatikan contoh buku harian bekas yang ditemukan di unit penyimpanan di New York. Halaman-halamannya, penuh dengan pemikiran mentah dan tanpa filter, mengungkap seorang penulis yang dengan sengaja menolak gagasan tentang penonton. Tujuannya bukanlah publikasi, namun tindakan berpikir itu sendiri – sebuah “komunitas imajiner pembaca dan filsuf” melalui kekuatan ekspresi pribadi.

Inilah potensi radikal dari buku harian itu. Ini adalah ruang untuk eksplorasi diri tanpa filter, bebas dari batasan optimasi atau validasi. Penulis menggambarkan penggunaan pena seperti “tongkat”, membuka “penaklukan untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan”. Ini bukan hanya tentang merekam peristiwa; ini tentang menumbuhkan pikiran yang menolak dibentuk oleh kekuatan eksternal.

Di era di mana segala sesuatunya berupa data, buku harian menjadi bukti betapa berharganya sesuatu yang tidak dapat diukur. Ini adalah pengingat bahwa pemikiran manusia, dalam keagungan subjektifnya yang berantakan, patut dilestarikan – satu halaman demi satu halaman yang ditulis tangan.

Masa depan suara manusia mungkin bergantung pada kesediaan kita untuk memutuskan sambungan dari mesin dan terhubung kembali dengan diri kita sendiri, melalui tindakan menulis yang sederhana dan menantang.