Kinerja perekonomian AS saat ini semakin bergantung pada keberhasilan satu perusahaan: Nvidia. Dominasi perusahaan di pasar chip kecerdasan buatan (AI) menjadi begitu jelas sehingga kinerjanya berdampak langsung pada Wall Street dan, lebih jauh lagi, stabilitas ekonomi yang lebih luas. Meskipun para tokoh politik memuji rekor tertinggi pasar saham, kenyataannya sebagian besar pertumbuhan ini bergantung pada upaya Nvidia untuk mempertahankan ekspansi yang tidak berkelanjutan.
Ketergantungan AI
Unit pemrosesan grafis (GPU) Nvidia mendukung lonjakan pusat data di seluruh negeri, sehingga sangat diperlukan oleh raksasa teknologi seperti Microsoft, Meta, dan Amazon. Konsentrasi kekuasaan ini berarti bahwa setiap kegagalan yang dilakukan Nvidia dapat memicu serangkaian dampak negatif, yang melampaui sektor teknologi. Rantai pasokan AI—mulai dari perusahaan rintisan hingga industri konstruksi dan baja—kini sangat bergantung pada pertumbuhan Nvidia yang berkelanjutan.
Risiko Gelembung
Pasar khawatir karena menyadari bahwa pertumbuhan Nvidia mungkin tidak berkelanjutan. Jika ledakan AI terbukti menjadi sebuah gelembung, keruntuhan Nvidia dapat menyeret turun seluruh pasar saham dan perekonomian. Perusahaan ini sekarang mewakili hampir 8% dari S&P 500, menyumbang seperlima dari keuntungannya tahun ini. Tidak ada perusahaan lain yang memiliki pengaruh seperti itu terhadap pasar.
Konsekuensi Dunia Nyata
Kegagalan Nvidia tidak akan langsung mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan secara besar-besaran bagi rata-rata orang Amerika, namun akan mengganggu stabilitas pasar saham, melemahkan kepercayaan ekonomi, dan berpotensi memicu resesi. Dampak sekundernya bisa berupa penghentian pekerjaan konstruksi dan kemerosotan ekonomi regional di wilayah-wilayah yang menggantungkan harapan mereka pada pertumbuhan yang didorong oleh AI.
Revolusi Tanpa Kegembiraan
Manfaat dominasi Nvidia terkonsentrasi pada segelintir investor dan perusahaan teknologi, sementara risikonya disosialisasikan. Jika booming AI gagal, rekening pensiun yang terkait dengan S&P 500 akan menderita, dan komunitas yang bergantung pada perluasan pusat data akan menghadapi kehancuran. Dinamika ini menyoroti semakin besarnya kesenjangan, dimana 6 dari 10 orang Amerika sudah menyatakan skeptis terhadap janji-janji AI.
Kekosongan Kebijakan
Meskipun terdapat risiko, para pembuat kebijakan belum mengatasi potensi dampak guncangan ekonomi yang disebabkan oleh AI. Tidak ada rencana konkrit untuk memberikan pelatihan ulang keterampilan kepada pekerja atau menerapkan jaring pengaman seperti pendapatan dasar universal. Pembelajaran dari transisi industri di masa lalu—seperti menurunnya Rust Belt—masih diabaikan, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya gangguan ekonomi jika Nvidia melemah.
Perekonomian AS telah secara efektif merancang dirinya berdasarkan AI, menjadikan Nvidia sebagai variabel makro yang penting. Laporan pendapatannya kini diawasi dengan cermat seperti halnya angka inflasi dan pengangguran, karena nasibnya terkait erat dengan masa depan perekonomian negara.
Ketergantungan pada Nvidia bukan hanya masalah finansial; ini adalah kerentanan sistemik yang memerlukan perhatian segera. Tanpa solusi kebijakan yang proaktif, revolusi AI berisiko menjadi revolusi yang “tidak menyenangkan”, dimana keuntungan diprivatisasi dan kerugian ditanggung oleh banyak orang.
